The Indonesian Living Legend of Youtube Phenomenon: GAC

Bagi sebagian besar anak muda yang menggandrungi situs Youtube, nampaknya nama Gamal, Audrey, Cantika tidak lagi asing di telinga. Berawal dari . . .

The Indonesian Living Legend of Youtube Phenomenon: GAC

Bagi sebagian besar anak muda yang menggandrungi situs Youtube, nampaknya nama Gamal, Audrey, Cantika tidak lagi asing di telinga. Berawal dari . . .

Rabu, 09 April 2014

196 Surat Suara Menumpuk di TPS Mekarjaya



google.com


Kertas suara pemilihan legislatif tingkat pusat atau DPR-RI terdistribusi sebanyak 427 buah ke TPS 3, Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Sukmajaya, Depok, Rabu (9/4). Dari 427 kertas suara, hanya sebagian yang dipakai untuk mencoblos, yaitu 231 buah. Banyak hal yang menyebabkan kertas suara banyak tersisa, salah satunya adalah golput.

            “Banyaknya kertas suara yang tersisa tidak semuanya dikarenakan pencoblos memilih golput, akan tetapi banyak dari mereka yang sudah pindah rumah,” ujar Agung Sabana, saksi dari PKS, TPS 3.

            Selain kertas suara yang masih banyak tersisa, suasana pemilihan legislatif di TPS 3 ini cenderung tidak terlalu padat oleh warga yang ingin mencoblos. Mereka tidak perlu menunggu dan mengantri terlalu lama untuk mendapatkan empat kertas suara dan masuk ke bilik. Akan tetapi, banyak di antara warga yang mengaku tidak mengerti karena kurangnya sosialisasi mengenai pemilihan ini.

            “Iya, banyak yang tidak mengerti dan merasa bingung ketika membuka kertas suara. Terlalu banyak partai dan nama calon legislatif yang tidak dikenal. Ibu-ibu di sebelah saya saja bilang mau nyontek pas nyoblos.” Ujar Upi disertai tawa.

            Selain warga, panitia, dan saksi, hadir pula seorang relawan dari Panwaslu yang melihat dan mengawasi jalannya pemilihan ini. Relawan ini bertugas merekapitulasi hasil jalannya pemilihan legislatif di beberapa TPS di daerah Depok dan akan melaporkannya ke pusat.

            “Pemilihan legislatif di TPS 3 ini kerjasama antar panitia sudah cukup baik. Mungkin karena kurangnya pengalaman dan sosialisasi yang membuat perhitungan sedikit lama dan terlihat kurang terkoordinasi dengan baik,” ujar Dede, saksi dari PDIP. 


Teks: Yasmin Shafiyyah