The Indonesian Living Legend of Youtube Phenomenon: GAC

Bagi sebagian besar anak muda yang menggandrungi situs Youtube, nampaknya nama Gamal, Audrey, Cantika tidak lagi asing di telinga. Berawal dari . . .

The Indonesian Living Legend of Youtube Phenomenon: GAC

Bagi sebagian besar anak muda yang menggandrungi situs Youtube, nampaknya nama Gamal, Audrey, Cantika tidak lagi asing di telinga. Berawal dari . . .

Selasa, 24 November 2015

THE 12TH MIST oleh Universitas Indonesia


MIST (Marketing Insight, Seminar and Training) adalah rangkaian acara marketing tahunan terbesar yang diadakan oleh mahasiswa dan berada di bawah naungan Management Student Society Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rangkaian acara MIST sendiri adalah Seminar & Training yang terbuka untuk umum serta Conference & Workshop yang dikhususkan untuk para delegates.

Setelah 11 tahun menjadi jembatan antara mahasiswa dan marketing experts, seperti Anthonny Cotton yang merupakan Director of Starbucks Indonesia, Wempy Dyocta Koto yang merupakan CEO Wardour and Oxford, Google Indonesia, dan banyak lagi, MIST kembali di tahun ini dengan tema “Rejuvinating Marketing Strategies During Economic Downturn”, yang membahas tentang apa strategi pemasaran yang dapat dilakukan di tengah pelemahan ekonomi yang dialami dunia saat ini.
Saat ini telah dibuka registrasi untuk Call For Paper, yang merupakan seleksi untuk menjadi The 12th MIST delegates dan mengikuti The 12th MIST National Marketing Conference. MIST mengundang mahasiswa dari seluruh Indonesa untuk mendaftar dan mengirimkan paper terbaik mereka. 20 tim dengan paper terbaik akan menjadi The 12th MIST delegates  dan berkesempatan mengikuti The 12th MIST National Marketing Conference serta memenangkan total hadiah 22 juta rupiah. Registrasi untuk dibuka sejak tanggal 12 November 2015 hingga 9 Januari 2016, dan dapat dilakukan melalui website www.mist-feui.com.


Follow twitter dan Instagram @mistFEUI atau cek di website mist-feui.com untuk informasi lebih lanjut. Contact person : Annisa (0896-3086-2975).

Minggu, 22 November 2015

Proyek Jalan Tol


Focal length: 21 mm
ISO: 6400
f.stop: 5,6
Speed: 1/13

"Kelanjutan proyek pembuatan tol dari zaman Soeharto yang diteruskan oleh Jokowi, membuat Jalan Kalimalang berliku-liku dan menyebabkan kemacetan."

Oleh Ari Nurhayati

TIPS: Cara Irit Uang Ala Mahasiswa

(sumber gambar: https://riskamardhatillah.files.wordpress.com/2012/06/anak-kos.jpg)

Kamu mahasiswa? Uang jajan cepat habis karena tugas atau jajan bareng temen-temen? Pas banget nih, karena sekarang GEMA mau bagi-bagi informasi tentang cara irit uang ala mahasiswa. Simak, yaa!

Buat Daftar Skala Prioritas
Membuat daftar skala prioritas penting banget  nih untuk menentukan kebutuhan mana yang harus kamu penuhi segera dan mana yang bisa ditunda, sehingga kebutuhan dasar kamu tidak terlewatkan. Jangan sampai kamu bisa membeli baju mahal, tapi nggak  makan selama seminggu, hehehe.
 Tahan Godaan Shoping dan Jeng-Jeng
Pas baru dapet kiriman dari Nyokap, pasti kamu seringkali pergi belanja dan jeng-jeng. Kadangkalapas liat barang  bagus, kamu ngebet untuk membeli padahal uangnya untuk jatah sebulan. Biasanya kamu selalu berpikir "Ah, urusan ntar mah gampang.."
Ujung-ujungnya sebelum jatuh tempo
, kamu bingung deh cari pinjeman sana-sini.
Pulang Kuliah Langsung Balik Kost
Nah, kalau dompet kamu mulai menipis, selesai kuliah kamu bisa langsung balik, dan tidur. Kamu bisa tolak ajakan teman-temanmu untuk nongki secara halus. Jika diperlukan, kamu bisa jujur ke mereka kalau kamu lagi kanker. Siapa tau malah dapat pinjaman, atau traktiran barangkali.
Selalu Nebeng Temen
Kalau kemana-mana kita harus selalu naik motor sendiri, sudah pasti boros di bensin. Untuk meminimalisir pengeluaran, nebeng temen adalah salah satu solusinya.  Buat yang biasa naik angkot atau jalan kaki, cari ojek gratis alias nebeng akan jauh lebih mudah. Selain hemat ongkos, siapa tau dapet traktir makan!
Bawa Bekal Sendiri
Buat cewe-cewe pasti sudah terbiasa nih sama yang namanya bawa bekeul. Tapi buat cowok-cowok, pasti terasa berat dan gengsi kalau harus bawa botol Kupperware dari rumah. Biar gak gengsi, kamu bisa pake botol air mineral yang diisi ulang. Bisa lebih hemat, lho!
Berhenti Merokok
Kalau kamu merokok cuma untuk gaya-gayaanmendingan berhenti yuk! Selain merusak kesehatan, rokok juga merusak dompetmu. Kalau satu bungkus rokok seharga 15 ribu, jika dihentikan, kamu  bisa hemat sampai 450 ribu selama satu bulan.
Hindari Foodcourt
Bagi sebagian dari kamu, pasti ada perasaan gengsi kalau nggak makan di foodcourt. Padahal, dengan kamu makan di tempat-tempat seperti warteg, Kamu bisa hemat berkali-kali lipat. Jika 20 ribu bisa kamu habiskan untuk sekali makan di foodcourt, bandingkan dengan apa yang bisa kamu dapatkan di warteg.
Bawa Uang Secukupnya
Jika warna uang di dompetmu masih lengkap bervariasi, godaan belanja sudah pasti tak terelakkan lagi. Jangan terlena dan usahakan untuk selalu bawa uang seperlunya di dompet. Simpan sisanya untuk urgent need.
Cari Traktiran
Mencari traktiran akan sangat mudah bagi kamu yang lagi di PDKT-in. Kamu bisa pake jurus kode buat minta ditraktir. Supaya sukses dapet traktiran, pastikan dulu kalo doi benar-benar naksir kamu. Jika sudah begitu, jangankan sepiring nasi, gunungpun pasti dibeli ya, hehehe.
Aktif Organisasi
Aktif berorganisasi sudah barang pasti akan menguras banyak waktu, tenaga, dan pikiran kamu. But that’s worth it! Semua kesusahan kamu sebanding kok  dengan apa yang akan kamu dapatkan. Apalagi ketika ada event-event tertentu. Urusan konsumsi udah pasti free. Iya apa iya?
Ikut Seminar Gratis
Coba cari agenda di kampusmu yang tidak mengeluarkan uang, alias gratis. Kalau kamu dapat snack atau bahkan makan gratis, seperti prasmanan, sudah barang pasti dompetmu terselamatkan dari uang jajan, hehehe.
Cari Teman yang Ulang Tahun
Jika ada temanmu yang Ultah mintai traktir, tapi jangan datang dengan teman sekampus,hehe.. Datanglah sendiri atau berdua pasti ditraktir, setahun sekali lho ya!

Puasa Sunnah
Nah bagi kamu yang sudah terbiasapuasa sunah bukanlah masalah. Kamu bahkan bisa mencoba puasa IRITyakni puasa Dawud yang dilakukan  berselang-seling. Sehari puasasehari tidak. Untuk kamu yang masih beginner, Cukup dengan berpuasa senin dan kamis saja. Selain bermanfaat untuk kesehatan, berpuasa bisamenjadi salah satu alternatif meminimalisir pengeluaran.

Oleh Rifani Atsillah
Editor: Fitroh 'Aina Fatimah

Mereka Menghibur atau Membodohi? (2)

(sumber gambar: http://www.kesekolah.com/images2/big/2013022114030157621.jpg)

Sambungan...

Dewasa ini, memang telah banyak ditawarkan acara atau tayangan hiburan yang dengan secara jelas membodohi. Contohnya, acara komedi lawak yang sering sekali ditayangkan, yang di dalamnya hanya berisi mencela orang saja. Dari satu orang yang menjadi objek celaan dengan segala kekurangan dari dirinya, bahkan menyinggung SARA, ataupun memukul orang tersebut dengan bahan yang tidak permanen, bahkan sampai mengumbar kehidupan privasi yang tidak seharusnya diceritakan hanya untuk menjadi tertawaan. Buruknya lagi, sudah banyak aduan tentang penghinaan yang berlebihan dalam acara komedi lawak. Salah satu kasus yang terkenal adalah kisruhnya para tokoh Betawi dengan salah satu stasiun televisi, karena acara televisi tersebut telah menghina seorang tokoh senior yang bisa dibilang legenda dari tanah Betawi pada tahun 2014.

Ada pun acara drama seri atau sinetron meracuni penonton remaja bahkan anak yang masih dibawah umur dengan kehidupan percintaan yang seharusnya tidak dikonsumsi mereka. Bahkan, tidak jarang adegan atau pakaian yang digunakan oleh pemerannya tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Dan yang sedang heboh-hebohnya saat ini adalah, drama seri dari luar negeri yang bahkan tidak jauh berbeda isinya dengan dalam negeri yang menonjolkan percintaan dan menjerumuskan penonton atau penikmatnya dalam kebodohan. Yang lebih parah lagi, mereka membawa budaya yang pelan-pelan dapat menyingkirkan budaya negeri sendiri.

Dan, yang terburuk adalah infotainment (berita mengenai dunia hiburan) yang hanya menyebarkan berita fiktif yang sama sekali belum terbukti. Terkadang meliput kehidupan dunia para penghibur yang notabene tidak ada gunanya bagi para penonton. Acara semacam ini berakibat fatal bagi kehidupan sosial masyarakat, yaitu masyarakat akan membudayakan apa yang dinamakan bergunjing, yang sangat jelas sekali dapat menimbulkan fitnah dan berujung perpecahan.
Mungkin, memang dengan cara-cara seperti contoh diatas industri hiburan dapat berkembang. Seperti yang sudah dijelaskan di awal, memutar roda ekonomi dengan berusaha membuat banyak orang menonton atau menikmati, pundi-pundi uang pun akan mengalir terus-menerus. Cukup berusaha membuat rating (jumlah penonton atau penikmat) setinggi-tingginya, maka industri akan berjalan dengan sukses. Sudah saatnya mereka para pelaku industri hiburan khususnya pertelevisian memikirkan kualitas dari produk yang mereka buat, bukan hanya memikirkan rating dan keuntungan yang mereka dapatkan. Karena memang, salah satu fungsi media adalah mengedukasi. Dan sudah saatnya pula memikiran dampak dari produk yang mereka buat. Bila itu negatif harus diubah secepatnya, bila itu positif harus dikembangkan terus-menerus.

Lalu, siapa yang akan disalahkan sekarang? Semuanya bisa saling menyalahkan, dan hanya akan membuat lingkaran setan yang tak berujung sudutnya. Yang harusnya kita lakukan sebagai konsumen dan penikmat media adalah, jadilah penikmat media yang cerdas. Kita pun harus mulai selektif akan apa yang kita konsumsi. Dan sudah bukan waktunya untuk apatis akan mundurnya moral bangsa yang diakibatkan produksi industri hiburan yang terus membodohi. Harus kita mulai dari diri sendiri. Setidaknya, mengingatkan dalam keluarga apabila ada produksi industri hiburan yang bermasalah lebih baik ditinggalkan. Khususnya, apabila dalam keluarga kita ada anak dibawah umur.

Oleh Herdi Alif Al Hikam
Editor: Elva Mustika Rini

Mereka Menghibur atau Membodohi?

(sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYn7-3tqH8WvdQjuxmR9DHIwX8_QTNvFS6N8v6I9BFCoq4q-Sf0DPDRHHBn_-KzEk9dWFJSQd9vvFqomptlmjFkPZQXW_POwWnzr4dGUVx1tCp5HyQgQv6Gv5DYB6B9if3iahMb1A3Nw-6/s1600/akibat+menonton+tv+terlalu+lama1.jpg)

Televisi bukan lagi hal yang aneh untuk semua orang, begitu pula di Indonesia. Melalui televisi, kita dapat memperoleh informasi dengan sangat mudah meskipun informasi itu datang dari bagian bumi lain yang sangat jauh jaraknya. Dan salah satu industri yang ada dan diminati di televisi adalah industri hiburan, di seluruh dunia dan termasuk pula negara kita, Indonesia. Industri hiburan nyatanya memang sangat ditunggu banyak orang dengan segala bentuk pula produksi hiburan yang ditawarkan. Mulai dari program komedi, acara musik, penayangan film, penayangan sinetron, penayangan pertandingan olahraga, acara kuis, dan masih banyak lagi. Tidak bisa dipungkiri lagi, manusia memang tidak bisa hidup tanpa adanya hiburan. Mungkin, untuk sejenak membuang penat dalam kehidupan sehari-hari dengan segala problematiknya.

Industri hiburan di televisi pun bisa menjadi ajang unjuk gigi bagi para seniman, atau biasa disebut dengan artis (diambil dari kata art yang berarti seni) dalam memamerkan karyanya untuk menghibur orang banyak. Selain itu, industri ini juga dapat menjalankan roda ekonomi. Jadi, semakin banyak orang yang menonton atau menikmati, semakin banyak pula pundi-pundi uang yang masuk ke dalam industri ini. Bukan tidak mungkin, kita bisa menyebut industri ini sebagai industri yang cukup menjanjikan. Dan realitasnya, memang banyak orang yang menjadi makmur dan bisa disebut kaya raya setelah masuk dan berkecimpung dalam industri ini.

Namun, dewasa ini industri hiburan di Indonesia mengalami sesuatu yang buruk. Mengapa bisa dibilang buruk? Karena, hiburan di Indonesia semakin lama semakin keluar jalur dalam menghibur. Bahkan, hiburan di Indonesia dapat dibilang membodohi. Walaupun, tidak semua acara atau program televisi dikategorikan masuk dalam industri hiburan yang membodohi penonton. Sudah banyak pula produksi industri hiburan Indonesia memiliki kualitas yang baik, bahkan tidak sedikit yang dapat membanggakan dan membawa nama baik negeri sendiri di kancah internasional.
Contohnya saja, sudah mulai banyak acara seperti talkshow (suatu acara yang narasumber dan pewawancaranya berbincang secara langsung) yang mengundang narasumber berkualitas, dan bukan tidak mungkin dapat menginspirasi orang banyak. Tidak sedikit pula beberapa film karya anak Indonesia berhasil meraih berbagai penghargaan yang bergengsi di kancah internasional. Selain itu, masih banyak pula produksi yang berkualitas dari industri hiburan Indonesia.

 Tetapi memang, mayoritas hiburan Indonesia saat ini, khususnya di televisi, mengandung banyak hal yang tidak baik untuk ditonton, apalagi untuk anak dibawah umur. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa penikmat acara hiburan memang lebih banyak dari kalangan anak dibawah umur. Realitasnya, di setiap rumah minimal memiliki satu televisi. Bila orang tua sudah sibuk akan kesibukannya masing-masing, sudah pasti anak mereka lah yang menonton acara di televisi. Bahkan, penggolongan umur untuk menonton seperti R-BO (Remaja-Bimbingan Orangtua), SU (Semua Umur), dan D (Dewasa) sudah tidak lagi efektif. Kurangnya sosialisasi akan penggolongan umur turut menjadi faktor tidak efektifnya penggolongan umur. Adanya lembaga sensor pun masih sering dikeluhkan kinerjanya dalam mengawasi pertelevisian Indonesia, terbukti dengan mulai banyaknya laporan mengenai tayangan yang bermasalah. Banyak hal yang mengotori industri hiburan Indonesia, dari kekerasan baik fisik maupun non-fisik, pelanggaran hak privasi, malpraktik jurnalisme, sisipan politik, isu SARA, dan lain sebagainya. Hiburan tidak lagi hiburan, bahkan penonton di Indonesia pun mulai terlarut dalam pembodohan yang disisipkan lewat hiburan di televisi.

“Berdasar pada survei lembaga Rapotivi pada bulan Agustus 2015, tercatat ada 129 aduan yang terdaftar, dan terdiri dari 74% aduan mengenai pelanggaran hak privasi, 55% mengenai kekerasan, 38% mengenai sisipan isu politik yang tidak netral, 24% mengenai malpraktik jurnalisme, dan 25% mengenai isu lainnya.” 

Oleh Herdi Alif Al Hikam
Editor: Elva Mustika Rini

Rabu, 11 November 2015

The 38th Jazz Goes To Campus

The 38th Jazz Goes to Campus
The Thrill is Back!

Jazz Goes to Campus merupakan festival jazz tertua di Indonesia yang diselanggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Tahun ini JGTC Festival telah memasuki pelaksanaannya yang ke-38, yang diadakan pada tanggal 29 November 2015 di Kampus FEB UI. Tujuan dari Jazz Goes to Campus adalah untuk menjadi acara yang dapat melekat secara emosional di dalam hati musisi jazz, penyelenggara, penonton, dan seluruh pihak yang ikut membangun dari waktu ke waktu.
Tema yang diangkat pada tahun ini adalah “The Thrill is Back” yang dimaksudkan untuk menciptakan emotional experience kepada seluruh stakeholder yang bersangkutan. Thrill yang ingin dibawa tahun ini merupakan rangkuman dari seluruh rasa yang telah ada di Jazz Goes to Campus sebelumnya ditambah dengan sensasi baru yang akan tercipta di tahun ini.
Jazz Goes to Campus memiliki beberapa rangkaian acara sebelum hari festival, dimulai dengan JGTC Opening & Press Conference yang akan dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2015 di Institut Francais de Indonesia. Tujuannya adalah sebagai pembukaan acara secara simbolik. Panelis dari JGTC Opening and Press Conference merupakan pihak yang pernah terlibat di dunia musik jazz Indonesia, yaitu Angga “Maliq and The D’Essentials”, Gerald Situmorang, dan Dewa Budjana. Solace juga akan memberikan performance sebagai pengisi acara di JGTC Opening and Press Conference.
Pada tanggal 1 November 2015, bertempat di The Resonanz Music Studio and Entertainment, Kebayoran Baru akan diadakan JGTC Clinic yang diperuntukkan bagi peserta JGTC Competition. JGTC Clinic akan diberikan oleh Achmad Ananda, Gilang Ramadhan, Sri Hanuraga, dan Kevin Yosua yang ditujukan untuk membekali peserta JGTC Competition serta berbagi pengetahuan tentang industri musik jazz di Indonesia dan kemampuan teknis memainkan instrumen musik yang spesifik.
JGTC Competition yang telah berjasa dalam melahirkan beberapa musisi jazz baru di Indonesia kini kembali diselenggarakan. Pada tahun ini peserta JGTC Competition akan diseleksi oleh para juri yang terdiri dari Riza Arshad, Gilang Ramadhan, dan Robert Mulia Raharja. JGTC Competition sendiri terdiri dari dua babak, yaitu Qualification Round yang diadakan pada tanggal 7 November 2015 dan Final Round yang diadakan pada tanggal 21 November 2015 di Lippo Mall Kemang Village, Jakarta.
Rangkaian acara yang mengiringi Jazz Goes to Campus berikutnya adalah JGTC Roadshow yang tahun ini diadakan di Kota Solo, tepatnya di Universitas Sebelas Maret (UNS) pada tanggal 13 November 2015. Dalam menjalankan acara ini, panitia Jazz Goes to Campus bekerja sama dengan panitia lokal dari kampus UNS dalam mengadakan sebuah pertujukan yang betujuan untuk membentuk euforia Jazz Goes to Campus dan memperkenalkannya kepada kota lain. JGTC Roadshow akan dimeriahkan oleh Sri Hanuraga Trio yang akan tampil sebagai pengisi acara.
Sebagai bentuk Social Responsibility dari acara kami, Jazz Goes to Campus menyalurkan JGTC Scholarship untuk mahasiswa FEB UI. Penggalangan Dana untuk beasiswa ini dilakukan dengan mengadakan JGTC Gathering & Charity Night yang merupakan malam apresiasi untuk para donatur dan panitia JGTC terdahulu. JGTC Gathering & Charity Night dilaksanakan pada tanggal 14 November 2015 di Grand Mahakam Lounge, Hotel Borobudur dimeriahkan dengan penampilan khusus dari Solace.
Puncak dari seluruh rangkaian acara The 38th Jazz Goes to Campus adalah JGTC Festival. JGTC Festival yang telah berhasil membawa lebih dari 20.000 penonton selama beberapa tahun terakhir memiliki 4 buah stage. Performer dari JGTC Festival merupakan musisi yang telah berada di dunia musik internasional maupun nasional. Beberapa musisi internasional yang pernah ada di JGTC Festival yaitu, DEPAPEPE, Sondre Lerche, dan lain-lain. Tahun ini JGTC Festival membawa musisi asal Australia dan Prancis, yaitu Lenka dan Eric Legnini Trio. Dengan suguhan musik yang dapat memanjakan telinga para penonton diharapkan dapat menyebarkan rasa cinta terhadap musik jazz. Akan diadakan pula JGTC Museum yang akan menceritakan tentang perjalanan musik jazz dan sejarah Jazz Goes To Campus, JGTC Choice Awards yang akan kembali memberikan penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya bagi para insan Jazz yang terpilih ke dalam beberapa kategori, dan berbagai jenis stand bazaar di venue JGTC Festival.

International Artists:
Lenka (Australia) and Eric Legnini Trio (France)

National Artists:
Maliq & D’Essential, Raisa, Indra Lesmana ft. Eva Celia, Dewa Budjana, Krakatau Reunion, Isyana Sarasvati, Baim dan Gugun Blues Shelter, Danilla, Sri Hanuraga Trio. Gerald Situmorang Trio, Art of Tree, and Sentimental Moods.

Margonda Sang Pembela Negara

(sumber gambar: http://images.detik.com/community/media/visual/2015/11/09/38b4e5d8-22a2-49c3-bc95-025470165ddc_169.jpg?w=350)


Menyambut hari Pahlawan yang jatuh pada Selasa, 10 November ini, ada banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan. Contohnya mengikuti sejumlah perlombaan, mengikuti suatu kegiatan sosial, atau mengikuti gerakan nyata lainnya yang dapat membangun serta meningkatkan jiwa patriotisme pada negeri. Namun, bagi yang belum dapat berpartisipasi, jangan bersedih dan berkecil hati. Karena ada alternatif lain, seperti mengenal sejarah dari sosok pahlawan asal tempat kita tinggal. Selain efektif untuk menumbuhkan kecintaan pada pahlawan tersebut, cara ini juga mampu membangkitkan rasa bangga dalam diri.
Meski begitu, tidak sedikit warga yang lupa atau bahkan belum tahu tentang sosok pahlawan zaman dahulu yang berjasa di lingkungan sekitarnya. Misalnya, pemahaman warga Depok terhadap nama Jalan Margonda Raya.
Sebagian besar warga atau orang-orang yang pernah berkunjung ke kota belimbing itu mengenal Margonda sebagai sebuah jalan besar yang selalu ramai. Bagaimana tidak, Jalan Margonda Raya adalah jalan utama Kota Depok yang penuh dengan aktivitas sebagian besar warganya karena terdapat banyak fasilitas yang disediakan untuk umum di sana. Di antara fasilitas tersebut ada kantor pusat pemerintahan, terminal bus, stasiun kereta api, rumah sakit, berbagai kampus perguruan tinggi, sekolah, kantor Polres, perumahan, hotel, berbagai pusat kuliner hingga pusat perbelanjaan. Singkatnya, pusat Kota Depok ada di jalan ini.
Kira-kira hanya sebatas itu warga Depok mengenal Jalan Margonda Raya. Padahal jika dikulik lebih dalam lagi, nama Margonda tidak semata-mata lahir begitu saja. Ada sejarah yang melatarbelakanginya.
Kata Margonda diambil dari nama pahlawan pada zaman kolonial Belanda, yakni Margonda. Margonda, yang memiliki nama asli Margana, lahir dan besar di Bogor. Membahas Margonda atau Margana membawa kita kembali ke masa Revolusi Kemerdekaan Pascaproklamasi tahun 1945. Margonda adalah seorang pemuda yang gugur dalam pertempuran melawan pasukan NICA (Nederlands-Indische Civil Administration) di Kalibata, Pancoran Mas, Depok, pada tanggal 16 November 1945. Beriringan dengan serangan kilat dari seluruh penjuru mata angin dan dilancarkannya oleh laskar-laskar demi membebaskan Kota Depok dari pendudukan NICA. Dalam pertempuran tersebut, Margonda tewas tertembak di bagian dada saat akan melempar granat ke arah musuh (Wenri Wanhar, 2011: 118-119).
Semasa hidupnya, Margonda memiliki sahabat dekat, yaitu Ibrahim Adjie dan TB Muslihat. Ibrahim Adjie selamat dalam pertempuran dan terakhir menjabat sebagai Pangdam Siliwangi, sedangkan TB Muslihat mengalami nasib yang sama dengan Margonda.
Jejak langkah Margonda dimulai saat ia menjadi pelajar analis kimia di Balai Penyelidikan Kimia atau Analysten Cursus milik pemerintah Hindia Belanda yang didirikan oleh Indonesiche Chemische Vereniging. Lembaga ini bertempat di Bogor. Selanjutnya pada 1940, Margonda mengikuti pelatihan penerbangan di Luchtvaart Afdeeling, Departemen Penerbangan Belanda. Namun, pelatihan penerbangan itu tidak berlangsung lama karena Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang sekaligus menandai berakhirnya kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada 1942. Saat Jepang menduduki Nusantara, Margonda tidak terlihat sepak terjangnya.
Namun, eksistensi Margonda mencuat saat Jepang menyerah kepada Sekutu tahun 1945. Ketika itu, Margonda mulai aktif dalam gerakan kepemudaan berbentuk laskar-laskar. Margonda, bersama tokoh-tokoh pemuda lokal di wilayah Bogor dan Depok, mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) yang bermarkas di Jalan Merdeka, Bogor.
Perpecahan AMRI, karena anggotanya banyak yang bergabung dengan BKR, Pesindo, KRISS, dan kelompok kecil sejenis lainnya, membuat AMRI di bawah pimpinan Margonda memiliki usia yang relatif singkat. Nama Margonda tercatat di Museum Perjuangan Bogor bersama ratusan pejuang yang gugur.
Dalam situs merdeka.com, sejarawan UI, JJ Rizal, menyatakan tidak mengetahui jelas alasan pemerintah Bogor menamai jalan utama Kota Depok dengan nama Margonda. Dahulu Depok adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor. Meski kurang jelas, Margonda tetap layak mendapat apresiasi dari warga Depok karena ia telah gugur demi membela bumi pertiwi ini.
Untuk itu, mari kita ubah kebiasaan apatis terhadap sejarah yang telah membangun masa kini. Karena bangsa yang baik adalah bangsa yang tidak lupa pada sejarahnya.

Oleh Putri Lestari
Editor: Fatimah


Senin, 09 November 2015

Sang Penari



Focal Length : 18 mm
f.stop : f/6.3
Exposure time : 1/20
Kamera : NIKON D5100

"Para penari sedang beristirahat setelah menari secara serentak dengan peserta Indonesia Menari lainnya di Mall Grand Indonesia."

Oleh Awita Ekasari Larasati

Selasa, 03 November 2015

PUISI: Merenggut Kebahagiaan


Pagi ini, aku duduk di sebuah stasiun kereta api, memandangi sekitar
Segerombolan manusia datang dari satu arah dengan tergesa-gesa
Tak ada senyum simpul di raut wajah mereka
Hanya ada ketakutan dalam hati

Apa yang membuat mereka takut?
Takut tertinggal transportasi massal?
Atau takut dimarahi sang penguasa saat melewati jam seharusnya?
Ya, mereka takut kedua-duanya

Bunyi kereta datang dari arah utara
Mereka berlarian masuk ke atas tempat ruang menunggu
Berbondong-bondong masuk ke dalam sebuah besi yang menamakan dirinya kereta
Aliran air menyucur deras dari kulit mereka, membasahi kerah kemeja berwarna putih

Aku tak tahu apa yang ada di benak mereka
Melakukan rutinitas yang mereka tak suka
Mempertahankan hingga ribuan tahun
Seolah tak ada pintu dalam ruangan tertutup

Tak ada bahagia dalam hidup
Tak ada ceria dalam emosi
Tak ada senyum dalam wajah
Selalu hidup dalam tekanan

Aku merenung
Aku berfikir
Apakah kau mau menukar kebahagiaan dengan segenggam uang?
Hidup terlalu singkat untuk melakukan apa yang tak kau suka

 Oleh Abdurrahman Naufal