Kita telah menyambut tamu istimewa yaitu Hari Raya Idul Adha. Gemuruh takbir turut bersahutan di hari yang mulia ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di hari itu dilakukan penyembelihan hewan qurban. hewan yang disembelih dalam rangka mendekatkan diri pada Allah Ta'ala adalah seperti sapi, kambing juga domba.
Ilustrasi: Chairunnisa |
Menyembelih hewan qurban termasuk amal salih yang paling utama. Mengabaikan masalah riya' dalam berqurban, banyak hikmah yang bisa diambil dari berqurban. Dengan berqurban, kita bisa bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan. Dengan mensyukuri nikmat Allah, kita bisa terhindar dari azab dan siksa Allah yang sungguh pedih.
Selanjutnya, kita bisa menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim. Ketika itu, Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail as ketika hari an nahr (Idul Adha). Dengan begitu, setiap mukmin dapat mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail as yang membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari anaknya dan diri sendiri. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Ismail pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.
Yang terakhir, ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang semisal dengan hewan qurban. Sudah sepantasnya orang yang berkemampuan untuk menunaikan ibadah qurban ini.
Yang dimaksudkan bukanlah menyembelih saja. Bukan pula daging dan darah qurban yang Allah harapkan. Allah tidak butuh pada segala sesuatu. Dia lah yang pantas diagung-agungkan. Yang Allah harapkan dari qurban tersebut adalah keikhlasan, ihtisab (selalu mengharap-harap pahala dari-Nya) dan niat yang baik.
Oleh karena itu, Allah katakan (yang artinya), "Ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapai ridho-Nya". Inilah yang seharusnya menjadi motivasi ketika seseorang berqurban, yaitu ikhlas. Bukan riya' atau berbangga dengan harta yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi rutinitas tahunan.
Oleh: Deasy Amalia