Hipnotist bukan hanya ilmu untuk
melakukan kejahatan. Di tangan seorang mahasiswa, hypnotis dikemas menjadi
ilmu yang bermanfaat bagi manusia. Ilmu tersebut belajar mengenal dunia melalui ilmu
permainan pikiran serta mengaplikasikannya untuk berbagai kepentingan
masyarakat. Ini adalah kisah perjuangan seorang mahasiswa yang membagi pikiran
demi kepentingan masyarakat.
“Di sini, dalam kesibukan
kehidupan, aku menemukan kenyamanan. Nyaman dalam berbagai hal.” ujar Ramiz Azhar, sang hiptnotherapist yang masih menjadi mahasiswa di Politeknik Negeri Jakarta.
Segala keputusasaan dan kesia-sia yang telah diperbuat pada masa putih
abu-abunya membuatnya terlibat menjadi seorang pelopor bangkitnya sebuah organisasi
sekolah. Ia telah mengambil
keputusan penting dalam hidupnya, yakni harus meninggalkan rasa malu dan pesimis
yang kian mendera dalam dirinya untuk lebih tergugah dalam kemajuan hidupnya. Ia pun mulai berinovasi ntuk melakukan hypnotherapist.
“Saat itu aku hanya memikirkan inovasi yang dapat aku
kembangkan yang belum pernah diminati orang lain,” ujar Ramiz.
Keinginannya akan suatu inovasi
yang belum pernah diminati orang lain awalnya mendapat larangan dari kedua
orang tuanya. Tetapi, setelah dia membuktikan kesalahpahaman mereka dengan
rentetan prestasi yang membanggakan akhirnya mereka mengerti.
Belajar hipnotis merupakan hal
dasar yang harus dia lakukan untuk dapat menjadi hypnotherapist.
Ketertarikannya terhadap dunia permainan pikiran ini membuat dia bekerja keras
untuk dapat menguasainya. Saat belajar dari seorang guru yang memahami ilmu hipnotherapist, Ramiz terus mencoba bersahabat dengan ilmu tersebut.
“Belajar Hipnotis ternyata
nggak bikin kita bodoh. Malah dengan mempelajarinya, kita mengerti makna yang
terpendam dalam kehidupan,” celetuk Ramiz.
Semenjak berkuliah, dia mulai merangkul
teman-teman organisasinya untuk membantunya mewujudkan cita-cita membangun
suatu komunitas pecinta hypnotherapy. Awal pelatihan Terapi Sugesti--nama komunitas yang dibentuknya--, ia menjumpai berbagai kendala baik dalam
periklanan programnya, maupun dari jadwal pelatihan yang ia bentuk. Namun, ia meyakini diri sendiri bahwa masalah seperti itu akan
terselesaikan dengan berjalannya waktu.
Pelatihan-pelatihan yang ia
selenggarakan merupakan ajang melatih orang-orang yang berminat dalam dunia
hypnotherapist. Yah, kebanyakan alumni-alumni pelatihannya sekarang sudah dapat
menyalurkan ilmu yang mereka dapat untuk kebutuhan pribadi maupun sosial.
Ramiz kian belajar dengan tekun tanpa
mengesampingkan pendidikan formalnya. Akhirnya, ia meraih gelar informal berupa
sertifikasi mengenai hasil belajarnya dalam dunia hipnotis. Bersamaan dengan
gelar informal yang dia dapatkan, dia juga mendapat prestasi formal dengan
lulus ujian nasional dengan nilai yang membanggakan. Kesanggupannya untuk mengatur dua
kesibukannya tersebut merupakan sebuah anugrah tersendiri baginya.
Anak yang terlahir dari pasangan Eni dan Rakidi ini akhirnya memulai kehidupan barunya dengan masuk ke jenjang
perkuliahan. “Entah apa yang saya pikirkan saya begitu tertarik dengan gambar,
padahal saya belum mahir menggambar,” ujarnya ketika ditanyakan mengenai
perasaan sebelum memilih berkuliah di bidang desain grafis.
Dari pelajaran yang didapatnya di kampus itu, ia pun mencoba menggabungkan unsur pendidikan formalnya dengan ilmu
hypnotherapist. Metode hyopnotherapist yang ia ciptakan dari kedua unsur yang
berkaitan dengan kehidupannya merupakan hyno drawing. Motivasi untuk membantu
orang-orang yang tidak menggambar namun dengan cara ini, orang-orang tersebut
dapat menghipnosis diri sendiri untuk dapat menggambar.
Selain metode itu , sekarang dia
sudah membuat audio hypnosis dan video hypnosis untuk membantu orang-orang yang
mengalami masalah dalam kehidupannya dengan membuat mereka menjadi relax dalam
menajalani pekerjaannya.
“Sampai saat ini, itulah cara saya
untuk mengisi kehidupan” pungkasnya mengakhiri percakapan. Seperti itulah dia
menjalani kehidupannya. Sekarang yang ia perlukan hanya management waktu
menjadi seorang mahasiswa sekaligus praktisi hypnotherapist.
Naskah: Fajar Winarso