Mahasiswa-mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan, program studi Penerbitan (Jurnalistik), melakukan praktik kerja lapangan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Penulisan Berita. Para mahasiswa tersebut meliput dan mewawancara pagelaran konser musik yang digelar untuk mengenang musisi Indonesia, Franky Sahilatua. Acara tersebut diselenggarakan di Graha Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis, 6 Oktober 2011. Berbagai tamu undangan dan musisi hadir mengisi konser tersebut, di antaranya Sri Sultan Hamengku Buwono X, Glen Fredly, Trie Utami, Edo Kondologit, dan sebagainya. Mereka menyanyikan lagu-lagu dan membacakan puisi karya Frenky Sahilatua. Acara tersebut dimulai dari pukul 20.00 WIB dan berakhir pukul 22.45 WIB. Seperti yang telah diketahui, Franky Sahilatua telah meninggal dunia pada tanggal 20 April 2011, akibat kanker tulang belakang yang dideritanya selama 2 tahun. Sejak saat itu, Franky tidak bisa berkarya lagi. Bercerita tentang berbagai hal yang ada di Indonesia ini, yang tertinggal dari sosok Franky hanya kenangannya, seperti foto-foto, kliping majalah, surat kabar, video klip, compact disc, dan sebagainya. Sebagai seorang seniman dan penulis lagu, Franky telah memberi banyak sumbangan karya kepada Indonesia. Franky tidak hanya menghibur dengan lagu-lagu balada dan country yang dinyanyikan selama perjalanan kariernya, tapi juga melalui lirik lagu-lagunya. Ia berjuang bersama para sahabat dan tokoh-tokoh nasional dari berbagai kalangan untuk memperbaiki kondisi rakyat, bangsa, dan negara. Dalam buku panduan konser musik Franky Sahilatua, Ferry Mursyiddan Baldan, sebagai ketua umum panitia pergelaran konser musik Franky Sahilatua untuk Indonesia mengatakan, "Franky Sahilatua memang telah wafat, tapi kami (para sahabatnya) ingin melanjutkan perjuangannya untuk masyarakat Indonesia. Acara Franky Sahilatua untuk Indonesia adalah satu dari berbagai upaya kami untuk mengenang Franky yang perduli terhadap persoalan-persoalan rakyat, bangsa, dan negara, sekaligus sebagai sarana penyadaran umum yang tetap relevan dengan situasi dan kondisi Indonesia. Semoga acara ini dapat menggugah kesadaran dan memberikan yang terbaik untuk Indonesia, sebagaimana Franky telah melakukannya". Selain meliput acara konser tersebut, para mahasiswa juga mewawancarai berbagai pengisi acara. Mahasiswa-mahasiswi program Penerbitan ini tidak dapat mewawancari semua pengisi acara karena jumlah yang cukup banyak. Ferry Mursyiddan Baldan sebagai ketua umum pergelaran konser tersebut mengatakan, “Franky adalah seorang sahabat yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun. Dia selalu mengingat kebaikan orang lain. Persahabatan seorang Franky adalah persahabatan yang manis dan manusiawi.” “Mudah-mudahan ada mas Franky yang baru.” tambah Dima, yang merupakan salah satu pengisi acara. Seragam dengan pengisi acara yang lain, Pong Harjatmo memberikan komentarnya mengenai sosok Franky, “Franky itu orang yang taat beragama, bukan penyanyi yang sok seniman, yang bergaya seperti seniman, namun dia cukup punya bobot, begitulah seorang seniman.” Pong juga menambahkan, “Untuk mengenang seorang yang sangat berjasa di negeri ini adalah penting, jangan menjadi seremonial. Harapan saya untuk musisi saat ini ke depannya, mudah-mudahan menjadi teladan dan panutan, seperti Franky Sahilatua.” “Saya selalu berpikir Mas Franky tidak pernah pergi. Dia orang yang mampu melangkah di atas agama, di atas etnis, pemerintah-pemerintah, dan dengan lantang menyuarakan apa yang ingin disampaikan,” ucap Trie Utami, saat di belakang panggung seusai acara. Anak dari Franky Sahilatua, yaitu Hugo Delano Sahilatua, memberikan komentarnya mengenai sosok ayahnya. “Kami mempunyai banyak kenangan yang telah dilalui, kenangan-kenangan lucu, sedih, maupun senang. Walau sakit, papa tidak mau anaknya jadi sedih, anak-anaknya harus tetap kuat,” ungkap Hugo Delano Sahilatua, yang merupakan anak kedua Franky Sahilatua. Ken Noorca Sahilatua, anak pertama Franky, memberikan pesannya untuk generasi muda, “Jangan menjadi budayawan saja! Jadilah budayawan yang peduli akan lingkungan dan situasi karena kita tidak dapat terlepas dari lingkungan itu. Perlu banyak seniman seperti Frenky,”. Tak ketinggalan, Inayah Wahid, putri Gusdur, mengatakan “Franky selalu ada untuk semuanya. Franky seperti Gusdur, tapi versi hitam dan bisa menyanyi. Franky pun menciptakan lagu ‘'Gus'’ setelah Gusdur meninggal. Lagu tersebut diciptakan untuk Gusdur,” ungkapnya. Dia juga membacakan puisi yang berjudul "Indonesiaku". Franky Sahilatua memang sosok musisi sejati, bahkan ketika sakit ia masih bisa membuat dua buah lagu baru. Sayang, lagu berjudul "Siklus dan Pangan", dan "Anak Tiri Indonesia" belum jadi secara total karena alasan kesehatan Franky yang makin memburuk. Saat konser digelar, kedua lagu yang sempat dinyanyikan oleh Franky saat masih sakit di rumah sakit dan berhasil direkam oleh Karim Nugroho, sahabat Franky, diperdengarkan kepada penonton. Sontak, suasana haru begitu kental terasa, dan sosok Franky seolah ikut bernostalgia bersama.
Oleh: Delia
Oleh: Delia
0 comments:
Posting Komentar